Selasa, 16 Februari 2010

PENDIDIKAN BERBASIS CINTA DAN KASIH SAYANG

PENDIDIKAN BERBASIS CINTA DAN KASIH SAYANG

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan


























Oleh
Mohammad Febri Wibowo
0801544








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS CIBIRU
BANDUNG
2009
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pendidikan semakin menjadi kebutuhan yang sangat mendesak bagi semua orang. Pendidikan menjadi faktor terpenting dalam mewujudkan pembangunan mental dan spiritual manusia. Sudah menjadi perbincangan yang khas apabila pendidikan ditempatkan dalam barisan terdepan sebagai pranata membangun suatu peradaban yang baik dan tangguh. Akan tetapi, sering dilupakan bahwa membangun iklim pendidikan yang mampu melahirkan generasi-generasi yang demikian membutuhkan guru yang profesional.
Sudah menjadi kajian bersama dan juga pemahaman umum bahwa pendidikan menjadi faktor terpenting dalam membangun kepribadian manusia. Di samping itu, dengan pendidikan pula sasaran yang ingin dicapai oleh sebuah peradaban akan bisa direalisasikan. Apalagi jika kita mengaca kepada dinamika yang berkembang dewasa ini, ketika semakin besar kerusakan datang menyapa, pendidikan menjadi komoditi utama. Pendidikan seakan menjadi sumber primer dan bahkan sebagai makanan pokok. Dalam perkembangan seperti sekarang ini, pendidikan mendapatkan perhatian yang besar. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri, jika pendidikan yang berkembang saat ini juga kerap menanggalkan dan meninggalkan para anak didik dalam kubangan pesimisme. Oleh karena itu, tidak jarang pula kita menyaksikan banyak anak didik yang merasa kesepian di tengah keramaian dan perkembangan zaman seperti yang terjadi sekarang ini.
Agenda pembangunan pendidikan suatu bangsa tidak akan pernah berhenti dan selesai. Ibarat patah tumbuh hilang berganti, selesai memecahkan suatu masalah, muncul masalah lain yang kadang tidak kalah rumitnya. Begitu pula hasil dari sebuah strategi pemecahan masalah pendidikan yang ada, tidak jarang justru mengundang masalah baru yang jauh lebih rumit dari masalah awal. Itulah sebabnya pembangunan bidang pendidikan tidak akan pernah ada batasnya. Selama manusia ada persoalan pendidikan tidak akan pernah hilang dari wacana suatu bangsa. Oleh karena itu, agenda pembangunan sektor pendidikan selalu ada dan berkembang sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat suatu bangsa.
Dalam upaya mewujudkan agenda tersebut maka dibutuhkan adanya kelancaran terhadap aspek–aspek pendukung lancarnya proses pembelajaran. Adapun salah satu aspek pendukung lancarnya proses pembelajaran adalah aspek pemenuhan kebutuhan psikologis ( aktualisasi diri ) yaitu kebutuhan akan kasih sayang. Guru sebagai faktor utama dalam pendidikan kurang memahami kebutuhan peserta didik akan kasih sayang. Guru seolah-olah tidak peduli dengan aspek psikologis siswa ketika mengajar sehingga timbul kesenjangan hubungan antara guru dan murid yang mengakibatkan terjadinya rasa bosan dan jenuh ketika guru mengajar. Guru juga dianggap sebagai monster yang menakutkan, siswa merasa takut ketika guru mulai membuka pelajaran
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka diperoleh permasalahan antara lain :
1. Bagaimana hakekat cinta dan kasih sayang ?
2. Bagaimana peranan cinta dan kasih sayang dalam pendidikan ?
3. Bagaimana menciptakan rasa cinta dan kasih sayang antara guru dan siswa ?
C. Tujuan Makalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Inovasi Pendidikan serta untuk wawasan dan ilmu kami tentang bagaimana menciptakan hubungan guru dengan siswa menjadi harmonis. Guru dan siswa saling mencintai sehingga proses KBM menjadi efektif.
D. Prosedur Makalah
Dalam pembuatan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka, yaitu penulis membandingkan antara berbagai literatur sebagai bahan materi baik itu dari buku, media cetak ataupun dari internet yang dianggap relevan dengan masalah yang dibahas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Cinta dan Kasih Sayang
Cinta merupakan suatu keadaan perasaan yang sifatnya kuat, menakjubkan, mendalam, dan penuh kelembutan terhadap suatu objek tertentu. Karena merupakan suatu yang bersifat personal, seringkali cinta dianggap sebagai sesuatu yang tidak mungkin untuk diteliti secara eksperimental, sehingga para ahli psikologi pun mengalami kesulitan tersendiri untuk mengungkapkan dan menjelaskan lebih jauh tentang perasaan cinta ini. Kendati demikian, menurut para ahli bahwa perekembangan perasaan cinta seseorang pertama kali dibentuk dan diperoleh terutama dari ibu atau pengasuhnya pada masa bayi, melalui segenap upaya yang dilakukan ibu dalam rangka pemenuhan berbagai kebutuhan dasar sang bayi.
Menurut Maslow, rasa dicintai dan mencintai merupakan salah satu kebutuhan penting manusia, setelah kebutuhan dasar dan kebutuhan rasa aman. John B. Watson salah seorang penganut behavioristik meyakini bahwa cinta itu ditimbulkan dari adanya rangsangan yang berkenaan dengan kulit pada wilayah erogenous. Pelukan, belaian, usapan dan kecupan halus seringkali digambarkan sebagai manifestasi dari rasa cinta. Sementara itu, dari kelompok Psikoanalis menganggap pentingnya menyusui sebagai bentuk jalinan cinta antara ibu dengan bayi. Menurut John Bowlby bahwa arti penting menyusui tidak hanya berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan rasa haus atau lapar bayi semata, tetapi juga sebagai bentuk “primary object-clinging,” yaitu kebutuhan akan keakraban atau kehangatan melalui kontak fisik dengan sang ibu. Di lain pihak, Erich Fromm (Nana Syaodich Sukmadinata, 2005) mengemukakan bahwa rasa cinta berkembang dari kesadaran manusia akan keterpisahannya dari yang lain, dan kebutuhan untuk mengatasi kecemasan karena keterpisahan tersebut melalui pembentukan suatu persekutuan dengan yang lain. Manusia sebagai individu berdiri sendiri terlepas dari yang lainnya. Karena kesendirian dan keterlepasannya dari yang lain ini seringkali merasa kesepian, merasa cemas, ia membutuhkan seseorang atau orang lain. Berkat adanya situasi ini tumbuhlah rasa cintanya akan orang lain atau suatu hal di luar dirinya. “Every person as a separate individual, experiences aloness. And so we strive actively to overcome our aloness by some form of love” (May, 1968).
Objek cinta tidak selalu manusia, bisa juga benda, keadaan, pekerjaan, negara, bangsa, tanah air, Tuhan, dsb. Dengan demikian karakteristik yang menjadi perhatian orang yang mencintai sesuai dengan objek yang dicintai ada perbedaan. Dengan mengutip dari Erich Fromm, Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengetengahkan deberapa macam cinta yang berbeda, yaitu: cinta sahabat, cinta orang tua, dan cinta diri sendiri.
1. Cinta sahabat atau persaudaraan, adalah cinta yang paling dasar dan umum. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan orang lain. Kehidupan kelompok, kebersamaan, interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar dari individu. Untuk membentuk kehidupan bersama, kehidupan kelompok, dan interaksi sosial yang baik perlu didasari oleh rasa senang, rasa bersahabat, rasa cinta dari individu ke individu yang lainnya.
2. Cinta orang tua (cinta ibu atau ayah) kepada anak. Cinta ini cinta murni, sebab tanpa didasari pamrih atau imbalan apapun, cinta orang tua benar-benar ditujukan bagi kepentingan anaknya. Cinta orang yang tulus (unconditional parental love) menjadi dasar bagi pembentukan inti harga diri (core of self esteem) anak (Buss, 1973)
3. Cinta diri sendiri. Manusia adalah makhluk yang bisa bertindak sebagai subjek dan juga sebagai objek. Berkenaan dengan masalah cinta, objek cintanya bisa dirinya sendiri. Kecintaaan terhadap diri sendiri yang berlebihan dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan mentalnya, dengan apa yang disebut narcisisme.
Selain cinta muridpun memiliki kebutuhan psikis lain tiadak kalah pentingny yaitu kebutuhan akan kasih sayang. Adapun pengertian dari kasih sayang adalah pola hubungan yang unik diantara dua orang manusia atau lebih. Pola hubungan ini ditandai oleh adanya perasaan sayang, saling mengasihi, saling mencintai, saling memperhatikan dan saling memberi.
Kasih sayang adalah kebutuhan alami manusia. Anak – anak lebih membutuhkan kasih sayang dari pada orang dewasa. Anak tidak begitu peka tapi ia sangat peka dengan perasaan orang lain terhadapnya. Kasih sayang juga mempengaruhi kesehatan fisik. Hati yang berbunga-bunga karena limpahan kasih sayang akan menyehatkan saraf dan fisik. Maka dari itu limpahan kasih sayang sangat diperlukan ketika sedang memberikan pembelajaran pada anak. Anak akan bias menangkap perasaan sayang guru serta lebih senang dan bersemangat.

B. Peran Cinta dan kasih sayang dalam Pendidikan
Sebagai salah satu bentuk emosi individu, rasa cinta bisa hadir dalam subjek dan objek serta situasi yang beragam. Dalam pendidikan pun sebenarnya terdapat rasa cinta, baik yang dialami oleh guru, siswa, atau orang lainnya yang terlibat dalam pendidikan. Sebagai perwujudan dari sikap profesionalnya, selain dituntut untuk dapat memiliki rasa cinta terhadap pekerjaan yang digelutinya, seorang guru juga penting untuk dapat memiliki rasa cinta terhadap peserta didiknya. Bentuk manifestasi cinta guru terhadap peserta didiknya tentunya berbeda dengan bentuk manifestasi jenis cinta lainnya, seperti cinta erotis, cinta Tuhan, atau cinta orang tua. Walau pun dalam kasus-kasus tertentu didapati tumpang tindih dalam mewujudkan rasa cintanya, dimana kecintaan terhadap peserta didik berubah menjadi cinta erotis, yang tentu saja menjadi sangat berbeda dan bertolak belakang dari makna yang sesungguhnya.
Perasaan cinta guru terhadap seluruh peserta didiknya merupakan hal yang amat penting dan dianggap sebagai alat utama dalam pendidikan. Hal yang menjadi tragis ketika para pendidik senantiasa disibukkan dan dituntut untuk menguasai bahan ajar atau mengembangkan metode dan teknologi pembelajaran tertentu, tetapi mereka justru melupakan pentingnya rasa cinta terhadap peserta didik. Penguasaan bahan ajar dan metode dan teknologi pembelajaran oleh guru memang penting, tetapi jika proses pendidikan harus melupakan aspek cinta sebagai alat utamanya maka pendidikan akan terasa menjadi kering dan kehilangan ruhnya.
Mungkin kita bertanya, kenapa ada sekelompok siswa perempuan membentuk gank yang menebarkan kebencian? Kenapa ada orang berpendidikan tinggi dan memperoleh gelar sarjana, tetapi mereka justru menimbulkan kesengsaraan kepada banyak orang melalui perilaku korupsinya? Tampaknya disinilah pentingnya pendidik untuk dapat mengembangkan rasa cintanya secara konstruktif dalam berhubungan dengan siswanya, yang diwujudkan dalam bentuk rasa empati, memperhatikan kebahagiaan, kesejahteraan dan perkembangan dari para peserta didiknya, melakukan berbagai upaya dan turut membantu para peserta didiknya untuk mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemajuan.
Melaui proses pendidikan yang didasari rasa cinta, pada gilirannya selain dapat mengantarkan seseorang memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang tinggi, meraih kedudukan yang terhormat dan kekayaan yang melimpah, juga diharapkan dapat membelajarkan kepada peserta didiknya untuk mengenal dan memiliki rasa cinta, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi sosok -manusia yang penuh kecintaan, baik terhadap dirinya, sesamanya dan Tuhannya.
Orang tua yang paling buruk adalah yang berlebih-lebihan dalam memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya. Sedangkan orang tua yang baik adalah yang bisa menempatkan kasih sayang dan mendidik anak pada tempatnya yang tepat. Bagi pendidik sikap dan perilaku orang tua dalam memberikan kasih sayang pada anak-anaknya tersebut seyogyanya dipahami, sehingga paling tidak sekolah menjadi rumah kedua yang dapat memberikan kasih sayang.



C. Upaya Menciptakan Rasa Cinta dan Kasih Sayang antara Guru dan Siswa
Untuk mencapai suatu tujuan tentunya perlu ada upaya yang mampu mendongkrak dan melancarkan tujuan yang hendak di capai. Begitu pula dengan menciptakan rasa cinta dan kasih sayang antara guru dan siswa. Apabila diantara keduanya telah terjalin rasa cinta dan kasih sayang maka secara disadari atau tidak akan timbul perasaan nyaman dalam menjalani kegiatan belajar mengajar. Siswa akan menerima dan mengolah materi pelajaran dengan sendirinya bahkan guru dan siswa dapat menikmatinya dengan cara yang sangat menyenangkan tanpa adanya rasa tertekan atau terbebani oleh sesuatu hal. Semua akan berjalan dengan semastinya.
Melalui penumbuhan rasa cinta dan kasih sayang ini,dapat menumbuhkan semangat siswa untuk belajar. Dari penumbuhan rasa ini pula anak mampu mengaplikasikan materi pembelajaran yang diterimanya sebab siswa telah menerima dan mengolah materi dengan baik dn senang hati tanpa adanya perasaan tertekan atau terpaksa oleh tuntutan kewajiban sebagai seorang pelajar.
Sejalan dengan yang diungkapkan Presscot, (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005) mengemukakan beberapa ciri rasa cinta:
1. Cinta melibatkan rasa empati. Seseorang yang mencintai berusaha memasuki perasaan dari orang yang dicintainya.
2. Orang yang mencintai sangat memperhatikan kebahagiaan, kesejahteraan dan perkembangan dari orang yang dicintainya.
3. Orang yang mencintai menemukan rasa senang, dan hal ini menjadi sumber bagi peningkatan kebahagiaan, kesejahteraan, dan perkembangan dirinya.
4. Orang yang mencintai melakukan berbagai upaya dan turut membantu orang yang dicintai untuk mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemajuan.
Maka berdasarkan ciri-ciri diatas diketahui upaya-upaya yang dapat guru aplikasikan dalam proses KBM. Proses KBM akan menjadi lebih menyenankan ketika guru memperhatikan hal-hal tadi, pertama guru berusaha mengenali dan memahami dunia siswa. Tidak berhenti di situ saja, guru perlu memahami apa yang sedang dirasakan oleh siswa-siswanya. Dari situ guru dapat mengkaji lagi mengenai bagaimana keadaan siswa dan cara terbaik untuk membantu mengatasi masalah dan membimbingnya. Kedua guru berupaya memperhatikan kebahagiaan dunia akhirat, kesejahteraan dan perkembangan diri siswa, baik perkembangan individu ataupun sosialnya. Guru harus tanggap dengan perkembangan siswanya, apakah siswanya berkembang secara normal atau tidak. Apakah siswanya memiliki pola hubungan yang baik dengan lingkungannya atau tidak. Ketiga upayakan dalam pembelajaran siswa memperoleh kesenangan yang tentunya dengan memperhatikan karakteristik perkembangan anak usia SD. Dalam usia SD anak sedang mengalami tahap perkembangan operasional konkrit yang masih berfikir secara rasional berdasarkan hal-hal yang bias dia amati secara langsung oleh pancaindranya sendiri. Selain itu anak pada usia ini masih sangat menyukai bermain secara aktif. Maka guru bisa menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan bagi mereka seperti bermain peran, menggunakan berbagai media yang dapat membuat anak turut aktif dalam mempraktekan materi pembelajaran, bukan penbelajaran yang monoton dan menuntun anak untuk hanya diam dan mendengarkan apa yang guru ajarkan. Keempat, guru berusaha untuk menjadi teman bagi siswanya agar ketika anak mengalami kesulitan, anak dapat menyampaikannya dengan senang hati dan terbuka tanpa adanya rasa takut. Dengan menampilkan sikap demikian maka siswa akan menganggap guru sebagai teman bahkan sebagai orang tua keduanya di sekolah.




BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam rangka meningkakan mutu pendidikan di Indonesia khusunya pendidikan di tingkat SD guru tidak hanya memperhatikan aspek fisik anak saja tapi juga guru harus memperhatikan aspek psikologis anak mengenai kebutuhan akan cinta dan kasih sayang karena, dengan memperhatkan aspek tersebut guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja melainkan juga dapat mentransfer kebudayaan pada siswa.
Cinta dan kasih sayang merupakan komponen dasar yang utama dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter atau akhlak anak. Seorang guru yang memiliki rasa cinta dan kasih sayang yang besar akan sangat mencintai profesinya dibandingkan dengan seorang guru yang lebih berorientasi terhadap uang. Demikian juga murid yang dididik dengan rasa cinta kasih sayang akan merasa betah dan lebih cepat mengerti dan memahami pelajaran yang disampaikan kepadanya.
Adapun upaya yang dilakukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di tingkat SD adalah sebagai berikut.
1. Penggunaan multi metode yang menekankan pada pemenuhan kebutuhan cinta dan kasih sayang.
2. Penggunaan media.
3. Pemberian penguatan dalam proses KBM seperti memberi pujian, motifasi, dan arahan.








B. Saran
Guru selayaknya dapat menjadi suritauladan bagi peserta didiknya dengan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang, bukan menjadi guru yang berorientasi terhadap uang dan jabatan. Guru tidak boleh menyerah dan hanya menggunakan satu metode melainkan multi metode yang interaktif agar anak didik tidak jenuh dan bosan dalam menerima materi ajar.
Guru hendaknya memperlakukan anak didiknya seperti anaknya sendiri dan menumbuhkan rasa kekeluargaan yang terbuka terhadap anak didik sehingga tidak akan ada istilah guru sebagai monster yang menakutkan bagi siswa.





















DAFTAR PUSTAKA
Albanjari. S. (2009). Hakikat Cinta Dalam Konsep Pendidikan. Indoskripsi [Online]. Tersedia: http://one.indoskripsi.com/node/9220 [11 Desember 2009]
Purwanto. M. N. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sadulloh. Uyoh., dkk. (2007). Pedagogik. Bandung: Cipta Utama
Sudrajat. A. (2008). Rasa Cinta dalam Pendidikan. Dalam Let’s Talk About Education [Online], 3 Halaman. Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/06/16/rasa-cinta-dalam-pendidikan/ [11 Desember 2009]
Sudrajat. A. (2008). Memahami Emosi Individu. Dalam Let’s Talk About Education [Online], 3 Halaman. Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/06/09/memahami-emosi-individu/ [11 Desember 2009]
Sudrajat. A. (2008). Hakikat Cinta. Dalam Let’s Talk About Education [Online], 3 Halaman. Tersedia : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/06/16/hakikat-cinta/ [11 Desember 2009]
Sumantri. M,. Nana S. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka